Selasa, 20 Desember 2011

Koperasi Simpan Pinjam, Solusi atau Masalah Bagi Keuangan Keluarga?


Kita semua pasti sudah mendengar dan mengenal lama tentang koperasi. Sebab beberapa tahun lalu di Indonesia. Koperasi sempat hidup dan menjadi salah satu alternative pilihan dalam rangka keluar dari kesulitan keuangan dan terlebih lagi untuk menghindari hutang pada lintah darat. Secara harfiah Kopoerasi berarti “bekerja sama” apapun yang dilakukan secara bersama disebut koperasi. Secara UUD Perkoperasian Indonesia, Koperasi adalah Badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang beradasarkan atas dasar asas kekeluargaan.
Koperasi didirikan bertujuan untuk menjadikan kondisi sosial dan ekonomi anggotanya lebih baik dibanding sebelum bergabung dengan koperasi. Banyak jenis koperasi yang kita kenal, diantaranya adalah Koperasi Produsen, Koperasi Konsumen dan Koperasi simpan Pinjam dan koperasi Serba Usaha (konsumen).
Kebetulan di kantor suami, saya mengelola simpan pinjam ibu-ibu. Keberadaan koperasi bagi kami memang sangat membantu ibu-ibu untuk mengatasi persoalan keuangan. Kita tahu masalah uang dalam keluarga sangatlah urgen, jika suami istri tidak punya pola pengaturan keuangan dengan baik, uang bisa menjadi sumber konflik utama dalam keluarga.
Meskipun tidak menjalankan sepenuhnya prinsip-prinsip koperasi, simpan pinjam yang saya jalankan bersama anggota lainnya membantu ibu-ibu mengatasi persoalan keuangan mereka. Dengan bunga yang sangat kecil ibu-ibu bisa meminjam uang dari simpan pinjam dan mencicilnya setiap bulan. Dan alhamdulillah proses simpan pinjam ini berjalan lancer, cicilan dibayar tepat waktu dan tidak ada yang macet. Hal menarik yang menjadi pemikiran saya selama mengelola simpan pinjam ini adalah. Penggunaan uang hasil pinjaman bagi anggota. Menurut hemat saya seharusnya uang ini dikelola secara produktif. Misalnya untuk memperlancar usaha kecil bagi anggota. Bagi kami para pengurus memang tidak mempersoalkan anggota menggunakan uangnya untuk keperluan apa, karena uang itu memang untuk dipinjamkan kepada anggota. Beberapa ibu-ibu yang punya usaha sampingan di rumah beliau bisa menggunakan uang hasil pinjaman ini sebagai tambahan modal usaha. Jika manfaat koperasi simpan pinjam untuk keperluan usaha seperti itu tentu saja ini adalah sebuah solusi dalam masalah keuangan keluarga.
Tetapi bagaimana jika sebagian mereka menggunakan uang simpan pinjam ini untuk keperluan konsumtif. Jika untuk biaya sekolah anak barangkali masih lebih berguna. Namun bagaimana jika tidak? Sangat tidak produktif dan menurut saya hanya akan menjadi masalah dalam keluarga. Karena uang yang dipinjam, harus dicicil tiap bulan. Pastilah cukup pusing memikirkan uang cicilan. Karena malah menambah beban hutang. Untuk kasus yang seperti ini, tak jarang saya lihat akhirnya mereka gali lobang tutup lobang setiap bulannya. Apalagi jika meminjam di koperasi tidak diketahui suami, saat tidak punya uang untuk membayar cicilan tidak berani mengadu dan minta bantuan suami. Pasti akn terjadi tekanan psikologis. Akibatnya kucing-kucingan, dan ini bisa menjadi sumber pertengkaran jika suatu kali suami mengatahui istrinya berhutang di belakang beliau. Bisa dibayangkan ini akan menjadi masalah baru dalam rumah tangga.
Koperasi simpan pinjam yang semestinya menjadi solusi bagi keuangan dalam keluarga. Ternyata bagi sebagian kita yang tidak bisa mengendalikan nafsu untuk belanja, malah menjadikan koperasi simpan pinjam sebagai salah satu sumber uang untuk memenuhi pola hidup konsumtif. Bukankan ini adalah masalah bagi keluarga?.
So hati-hatilah dengan simpan pinjam atau sejenisnya, berpikirlah sebelum anda mengambil pinjaman itu. Akan lebih menyenangkan jika bisa hidup tanpa beban hutang. Merasa cukup dengan uang yang ada, atau mencari sumber pendapatan lain agar tak terjerat dalam lingkaran “setan” yang namanya hutang. Mengerikan jika ini terjadi.
Sumber:

0 komentar:

Posting Komentar